Armansyah*, Abdul Gofir.**, Indria L. Gamayanti***
* Peserta Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
** Bagian Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
*** Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
Masalah perkembangan dan tingkah laku umum dijumpai oleh dokter khususnya dokter spesialis anak dan petugas-petugas layanan kesehatan lainnya. Hal ini pada umumnya diperoleh dari deteksi dini, dengan waktu yang tepat, intervensi untuk memastikan hasil yang lebih baik dalam jumlah besar bagi anak-anak yang mengalami dan keluarga mereka.3Pada bayi atau anak-anak tahun-tahun pertama kehidupan adalah sangat penting untuk memperoleh antara lain kecakapan berbahasa. Identifikasi dini terhadap indera pendengaran adalah penting untuk menilai fungsi pendengaran yang berperan sebagai mediator bagi bayi dalam memperoleh informasi. Sehingga bayi atau anak-anak yang mengalami gangguan pada indera pendengarannya dapat segera mendapatkan manajemen terapi yang optimal lebih awal yang akan bermanfaat pada perkembangan anak selanjutnya. Seorang anak yang masih belum belajar bicara pada umur 12 hingga 18 bulan biasanya akan membuat cemas orangtuanya. Apalagi bayi atau anak tersebut pernah atau sedang mengalami penyakit yang berhubungan dengan discharge4,5 (bahan yang dikeluarkan) pada telinganya.1
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara abnormalitas nervus koklearis dengan perkembangan anak yang mengalami discharge di telinga.
METODE DAN CARAPenelitian ini adalah studi retrospektif analitik yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mencatat data rekam medis pasien discharge di RSUP Dr. Sardjito secara konsekutif dari bulan Januari tahun 2000 hingga bulan Mei tahun 2006. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien discharge berumur satu bulan hingga enam tahun berjenis kelamin laki-laki atau perempuan dan telah dilakukan pemeriksaan Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) dan Denver II Developmental Screening Test (Denver II). Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, hasil pemeriksaan BERA, dan hasil pemeriksaan Denver II. Data yang ada pada penelitian dikumpulkan dan dianalisis dengan komputer, menggunakan perangkat lunak paket statistik SPSS versi 13,0. Analisis deskriptif digunakan untuk mengklasifikasikan pasien discharge berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Kemudian dilakukan uji korelasi bivariate menggunakan Spearmann’s corelation test untuk menentukan hubungan antara abnormalitas nervus koklearis dengan perkembangan anak yang mengalami discharge di telinga.
HASIL DAN PEMBAHASANDari hasil observasi data rekam medis RSUP Dr. Sardjito dari bulan Januari tahun 2000 hingga tahun bulan Mei tahun 2006 diperoleh data rekam medis pasien discharge sebanyak 362 orang. Setelah dieksklusi berdasarkan kriteria umur (1 bulan hingga 6 tahun) sampel menyusut menjadi 117 orang; dan selanjutnya dieksklusi berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan (pemeriksaan BERA dan Denver II) sampel yang memenuhi kriteria ada 74 orang. Hasil penelitian disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Klasifikasi pasien discharge berdasarkan umur
Umur | Frekuensi (anak) | Persentase (%) |
1 tahun | 9 | 12,2 |
2 tahun | 24 | 32,4 |
3 tahun | 15 | 20,3 |
4 tahun | 11 | 14,9 |
5 tahun | 14 | 18,9 |
6 tahun | 1 | 1,4 |
Total | 74 | 100 |
Sumber data: ICM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2000 hingga Mei 2006.
Tabel 2. Klasifikasi pasien discharge berdasarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin | Frekuensi (anak) | Persentase (%) |
Laki-laki | 48 | 64,9 |
Perempuan | 26 | 35,1 |
Total | 74 | 100 |
Sumber data: ICM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2000 hingga Mei 2006.1
Tabel 3. Klasifikasi hasil pemeriksaan BERA pasien discharge
Frekuensi (anak) | Persentase (%) | |
Normal | 21 | 28,4 |
SNHL | 50 | 67,6 |
CHL | 3 | 4,1 |
Total | 74 | 100,0 |
Frekuensi (anak) | Persentase (%) | |
Normal | 21 | 28,4 |
Mild SNHL | 35 | 47,3 |
Moderate SNHL | 13 | 17,6 |
Severe SNHL | 2 | 2,7 |
Mild CHL | 1 | 1,4 |
Moderate CHL | 1 | 1,4 |
Severe CHL | 1 | 1,4 |
Total | 74 | 100,0 |
Sumber data: ICM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2000 hingga Mei 2006.
Berdasarkan tabel 3, dari 74 pasien discharge yang melakukan pemeriksaan BERA 21 orang (28,4%) mendapatkan hasil yang normal (28,4%) dan 53 orang (71,6) yang mengalami abnormalitas pada nervus koklearis yang terdiri atas tuli saraf (Sensory Neural Hearing Loss/SNHL) 50 orang (67,6%) dan tuli konduksi (Conductive Hearing Loss/CHL) 3 orang (4,1%). Secara lebih rinci dapat dijabarkan menjadi: tuli saraf derajat ringan (mild sensory neural hearing loss) ada 35 orang (47,3%), tuli saraf derajat sedang (moderate sensory neural hearing loss) ada 13 orang (17,6%), tuli saraf derajat berat (severe peripheral neural hearing loss) ada 2 orang (2,7%), tuli konduksi derajat ringan (mild conductive hearing loss) ada 1 orang (1,4%), tuli konduksi derajat sedang (moderate conductive hearing loss) ada 1 orang (1,4%), dan tuli konduksi derajat berat (severe conductive hearing loss) ada 1 orang (1,4%). Abnormalitas pada nervus koklearis bermanifestasi terhadap berkurangnya fungsi pendengaran pada pasien yang mengalami discharge di telinga.
Tabel 4. Klasifikasi hasil pemeriksaan Denver II pasien discharge
Frekuensi (anak) | Persentase (%) | |
Normal | 14 | 18,9 |
Keterlambatan Perkembangan | 60 | 81,1 |
Total | 74 | 100,0 |
Sumber data: ICM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2000 hingga Mei 2006.
Dari 74 pasien discharge yang melakukan pemeriksaan Denver II 14 orang (18,9%) mendapatkan hasil yang normal (perkembangan sesuai dengan umur) dan 60 orang (81,1%) mendapatkan hasil abnormal (mengalami keterlambatan perkembangan sesuai dengan umur). Keterlambatan perkembangan yang dialami oleh anak dapat diketahui dengan adanya keterlambatan berbicara, sulit berkonsentrasi, hiperaktif, dan lain-lain. Secara garis besar keterlambatan perkembangan ini dibagi menjadi empat macam yaitu keterlambatan perkembangan motorik kasar, keterlambatan perkembangan bahasa, keterlambatan perkembangan adaptif-motorik halus, dan keterlambatan perkembangan personal sosial.
Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji korelasi bivariate menggunakan Spearmann’s corelation test menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara abnormalitas nervus koklearis berupa SNHL dengan perkembangan anak yang mengalami discharge di telinga (p=0,000; p<0,05) korelasi="0,731">discharge di telinga (p=0,370; p>0,05).
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara abnormalitas nervus koklearis berupa SNHL dengan perkembangan anak yang mengalami discharge di telinga. Namun, tidak ada hubungan yang bermakna antara abnormalitas nervus koklearis berupa CHL dengan perkembangan anak yang mengalami discharge di telinga.
SARAN
Orangtua dari anak yang pernah atau sedang mengalami discharge sebaiknya segera memeriksakan status pendengaran anaknya menggunakan pemeriksaan BERA untuk mengecek apakah terdapat abnormalitas pada nervus koklearis anaknya yang mengalami discharge di telinga. Sehingga apabila terjadi abnormalitas pada nervus koklearis anak tersebut dapat memperoleh penanganan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya keterlambatan dalam tumbuh kembang anak tersebut. Oleh karena abnormalitas nervus koklearis kebanyakan berupa tuli saraf (SNHL), maka sedini mungkin anak mendapatkan bimbingan dari Speech Therapist (Ahli Terapi Bicara). Selain memeriksakan status pendengaran anaknya, orangtua sebaiknya sejak dini memberikan stimulasi perkembangan kepada anaknya misalnya menggunakan alat permainan edukatif (APE). Semua hal di atas sebaiknya dilakukan secara berkala untuk mengetahui perkembangan anak.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara abnormalitas nervus vestibulokoklearis (n. VIII) dengan gangguan hiperaktivitas, gangguan konsentrasi, dan gangguan bicara pada anak.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktur SDM dan Pendidikan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta atas izin melakukan penelitian yang telah diberikan kepada penulis; seluruh staf dan karyawan Instalasi Catatan Medik (ICM) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, George L. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta: EGC.1997.
2. Hendarmin, Hendarto. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala Leher, Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.
3. Coghlan, D., Kiing, J.S.H., M Wake. Parents’ Evaluation of Developmental Status in the Australian day-care setting: Developmental concerns of parents and carers. J Paediatr. Child Health 2003;39:49-54.
4. Anonim. Medical dictionary. Available from URL: http://www.mathpost.com/md/Definition/9719.html. 2005.
5. Dorland, W.A.N. Hartanto, H.,editor. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC. 2002.